Selasa, 05 Agustus 2008

Pusat Pertokoan Jogja


Malioboro
MALIOBORO adalah pusat pertokoan pertama dan utama di Jogja hingga saat ini. Sejak awal keberadaannya pada akhir abad 19, Malioboro tidak pernah surut perkembangannya. Seburuk-buruknya kondisi ekonomi di dalam negeri, tidak pernah membuat perdagangan di Malioboro menjadi surut. Kebangkrutan yang dialami oleh para pedagangnya lebih disebabkan oleh kekalahan dalam bersaing dengan para pendatang baru yang kreatif dan agresif.

Tahun 1992 dibuka pusat belanja MALIOBORO MALL di tengah-tengah Malioboro. Meskipun mengundang pro dan kontra pada awalnya, mall pertama di Jogja itu kini menjadi salah satu tempat belanja favorit di Malioboro. Beberapa tahun kemudian sebuah toko besar yang sudah cukup lama terkenal di Malioboro, Toko Ramai, mengembangkan diri menjadi RAMAI MALL.

Malioboro saat ini bukan lagi sekedar pusat pertokoan tetapi juga menjadi pusat kaki lima paling mahal di Jogja. Sewa kapling kaki lima yang rata-rata hanya seluas satu meter persegi sudah mencapai lebih dari 20 juta rupiah per tahun.

Soal apa saja yang diperdagangkan, sulit menyebutkan berapa ribu jenis produk dijual di Malioboro. Sama sulitnya dengan menyebutkan apa yang tidak dijual di tempat ini.

Jalan Suryotomo
Di belakang Timur Jalan Malioboro, ada Jalan Suryotomo yang saat ini menjadi pusat penjualan alat perlengkapan rumah tangga, terutama yang terbuat dari plastik. Salah satu toko yang terkenal adalah Toko Progo. Toko tersebut merupakan toko perlengkapan rumah tangga pertama di kawasan ini, yang buka sejak tahun 1950an dan tetap besar hingga sekarang.

Pusat pertokoan Jalan Suryotomo ini lebih dikenal orang Jogja sebagai SHOPPING CENTER daripada nama jalannya. Dulu di sisi selatan Pasar Beringharjo ini ada sebuah pusat perbelanjaan atau shopping center yang dilengkapi dengan gedung bioskop. Kini shopping center tersebut sudah rata dengan tanah tapi namanya masih tetap hidup

Jalan Solo
Nama resmi jalan ini sebenarnya Jalan Urip Sumoharjo. Karena pernah menjadi jalan utama menuju kota Solo, jalan ini menjadi lebih dikenal sebagai Jalan Solo. Untuk mengurangi kepadatan Malioboro, Jalan Solo dikembangkan menjadi pusat pertokoan sejak sekitar tahun 1978. Saat itu ada tiga buah gedung bioskop: Presiden, Rahayu dan Royal di sepanjang jalan ini yang membuat Jalan Solo dianggap potensial oleh Pemerintah Daerah untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan.

Dibandingkan dengan Malioboro, Jalan Solo jauh lebih lambat perkembangannya sebagai pusat pertokoan. Apalagi ketika kemudian tiga bioskop tersebut bangkrut pada awal tahun 1980an karena kalah bersaing dengan maraknya videofilm saat itu. Munculnya gedung bioskop baru Empire 21 dan Regent 21 pada pertengahan 1980an, sempat membuat perdagangan di Jalan Solo ramai kembali.

Ketika dua gedung bioskop itu habis terbakar pada tahun 1997, keramaian pusat pertokoan Jalan Solo berpindah ke sebuah pusat belanja baru, GALERIA MALL yang ada di ujung Jalan Jend. Sudirman, satu ruas jalan dengan Jalan Solo. Adanya Galeria Mall, pusat pertokoan Jalan Solo saat ini semakin hidup dan bahkan mulai melebar ke Jalan Prof Johannes.

Mall
Jogja memiliki tiga buah mall yang cukup lengkap dan ramai dikunjungi. dan MALIOBORO MALL, RAMAI MALL di Jalan Malioboro dan GALERIA MALL di Jalan Jend Sudirman, dekat pusat pertokoan Jalan Solo.

Dari segi jenis produk yang dijual, tiga mall ini tidak banyak beda, terutama produk fashion dan makanan, tetapi dilihat dari segmen pembelinya, entah disengaja atau tidak, saat ini ketiga mall tersebut membentuk segmen pasarnya sendiri-sendiri. Ramai Mall cenderung ke masyarakat menengah bawah, Malioboro Mall ke masyarakat menengah dan Galeria Mall ke kelompok menengah atas.

Meskipun namanya mall dan konsep awalnya adalah kenyamanan belanja, suasana belanja mall seringkali tidak beda dengan pasar, berjubel, terutama pada hari-hari libur. Lebih-lebih mall juga memberi peluang bagi kaki lima berbagai produk untuk hadir di dalamya. Ruang lapang untuk lalu-lalang pengunjung yang sering disebut atrium, lebih sering dipakai sebagai tempat pameran promosi penjualan. Pada hari-hari libur, pameran' kerajinan seringkali digelar di mall untuk menarik pembeli dari luar Jogja.

Tidak ada komentar: